Assalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarokatuh,
“Katakanlah
kepada wanita beriman : “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke
dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya
kamu beruntung” (QS An Nur : 31).
“Hai orang-orang
yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya,
mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan
kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika
Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dia; sedang
cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka
mengatakan : “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah
kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS At Tahrim : 8).
“Mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah : “Haidh itu adalah kotoran”. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan
janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah
suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikan diri”(QS Al Baqarah : 222).
Tobat
adalah meninggalkan dosa-dosa seketika dan bertekad untuk tidak melakukannya
lagi. Rasulullah SAW bersabda : “Penyesalan itu tobat”. Sebagai makhluk yang
lemah, manusia berbuat dosa hampir di setiap waktu dan kemudian timbul
penyesalan, karena itu manusia harus bertobat dari kelalaian yang telah
dilakukannya. Telah dikatakan : “Bukanlah dosa kecil bila terus menerus
dilakukan, dan tiada dosa besar bila dilakukan istighfar”.
ASTAGHFIRULLAH AL AZIIM (Ampunilah aku
ya Allah yang Maha Agung).
Seorang wanita
bercerita : “Suamiku meninggal dunia ketika aku berumur tiga puluh tahun. Aku
memiliki 5 orang putra-putri. Setelah itu duniaku menjadi gelap. Aku selalu
menangis sampai kering air mataku dan selalu menyesali nasibku. Aku menjadi
orang yang berputus asa. Aku selalu dilanda kesedihan, dan juga kegundahan
dalam hidup. Putra-putriku masih kecil dan saya sama sekali tidak memiliki
pendapatan yang memadai untuk hidup. Jalan yang saya tempuh adalah selalu
menjual sedikit peninggalan yang sempat diwariskan oleh bapak anak-anak saya.
Suatu ketika
aku masuk kamar untuk mendengarkan Al Qur’an dari radio. Ada seorang syaikh yang bertutur :
“Barangsiapa memperbanyak istighfar, maka Allah akan menjadikan baginya jalan
kesenangan dari setiap kesedihan, dan jalan keluar dari setiap kegelisahan”. Setelah itu aku memperbanyak istighfar, demikian juga anak-anak, aku
perintahkan mereka untuk melakukan hal
yang sama. Hasilnya, tidak lebih dari 6 bulan, kami mendapatkan tawaran proyek
untuk barang yang kami miliki dengan keuntungan uang berjuta-juta. Anakku yang
pertama menjadi pelajar paling unggul di daerah kami : dapat menghafal Al
Qur’an dengan sempurna; karenanya dia menjadi pusat perhatian. Rumah kami
dipenuhi dengan anugerah kebaikan. Hidup kami menjadi lebih layak dan Allah
telah memberi kebaikan pada putra-putriku. Tak ada lagi kesedihan, kebingungan
dan kegelisahan. Sejak saat itu aku merasa telah menjadi wanita yang paling
bahagia.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi
Wabarokatuh
Daftar Pustaka :
1. DR. Aidh al
Qarni, Menjadi Wanita Paling Bahagia, Qishi Press, 2007.
2. Imam Al
Ghazali, Ringkasan Ihya’ Ulumuddin, Pustaka Amani, 1995.
3. Sukmadjaja
Asyarie – Rosy Yusuf, Indeks Al Qur’an, Penerbit Pustaka, 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar