Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh,
Arti
kata husnuzan adalah baik sangka, dapat diartikan sebagai suatu
perasaan hati yang selalu berbaik sangka, berpikiran jernih, tidak
menaruh curiga atau syak wasangka.
Islam
mengajak umatnya agar selalu berbaik sangka terhadap siapapun termasuk
kepada Allah Swt. Berbahagialah manusia yang selalu dapat berbaik sangka
karena apa yang disangkakan di dalam hati akan mempengaruhi terhadap
sikap dan cara berfikirnya.
1. Husnuzan Terhadap Allah Swt.
“Diwajibkan
atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu
benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al Baqarah :
216).
“Aku
mengikuti prasangka hambaKu terhadapKu, apabila dia baik sangka
kepadaKu maka balasannya baik pula, namun jika dia buruk sangka kepadaKu
maka balasannya buruk pula” (HR. Tabrani dan Ibnu Hibban).
Dengan
menanamkan husnuzan terhadap Allah SWT., maka setiap manusia akan dapat
memahami dan menerima semua pemberian Allah SWT. dengan hati yang
tenteram, karena Allah SWT. mempunyai maksud yang baik terhadap
ciptaanNya. Husnuzan kepada Allah SWT. adalah satu akhlak yang terpuji,
dan dapat menimbulkan sikap – sikap :
a. Selalu berharap atas karunia dan kasih sayang Allah SWT.
b. Tidak
pernah merasa jenuh dalam berupaya, bekerja dengan perasaan senang
serta meyakini yang dilakukannya tidak menyimpang dari aturan Allah
dalam rangka ibadah.
c. Optimis, berusaha dengan semangat, dengan keyakinan bahwa Allah SWT. akan memberikan yang terbaik.
d. Tidak mudah putus asa.
e. Tenang dan tawakal dalam menghadapi hidup.
2. Husnuzan Terhadap Diri Sendiri
“Dan
orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar
akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya
Allah benar-benar beserta orang – orang yang berbuat baik” (QS Al
Ankabut : 69).
Husnuzan
kepada diri sendiri akan menaruh kepercayaan dan keyakinan kepada
dirinya bahwa ia mampu melakukan dan menghasilkan apa yang diinginkan.
Keyakinan ini akan menimbulkan sikap percaya diri, meyakini kemampuan
diri serta semangat dalam berupaya. Ia lebih peka terhadap mensikapi
isyarat yang diberikan Allah SWT.
Sebagai
makhluk terbaikNya, manusia memiliki jasad, akal dan budi, sehingga
dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri, melakukan segala pekerjaan
sebaik mungkin, gemar bekerja keras, tidak menyia-nyiakan setiap
kesempatan untuk melakukan kebaikan, selalu ingin maju, memiliki
kepribadian yang kuat dan tidak merasa rendah diri.
3. Husnuzan Terhadap Orang Lain
“.
. . . .Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa dan janganlah
kamu bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan” (QS Al Maidah : 2).
“Hai
orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka,
sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu menggunjing
sebagian kamu yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan
daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik
terhadapnya dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah menerima
tobat dan Maha Penyayang” (QS Al Hujurat : 12).
Beruntunglah manusia yang dapat selalu menilai manusia lain dengan positif, sehingga perilaku yang tidak menyenangkan tidak
akan membuatnya tersinggung, marah ataupun sakit hati, ia penuh
toleransi (pemaaf). Akibatnya hidupnya akan dapat dijalani dengan penuh
kenikmatan dan keberkahan, rukun dan damai, saling pengertian dan kasih
sayang.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Pustaka :
-
Drs.
M. Husein AS dkk., Pendidikan Agama Islam, SMA Kelas X, Dongpong Karya, 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar